Letusan Rokatenda 2013

From Bencanapedia.ID
Jump to: navigation, search

Letusan Rokatenda 2013

Pada Sabtu pagi 10 Agustus 2013 pukul 04.27 wita Gunung Rokatenda di Pulau Paluweh, kabupaten Sika, kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali meletus. Eksplosi yang didahului gempa vulkanik itu, disertai semburan materi vulkanik berupa kerikil dan abu vulkanik. Diberitakan enam orang tewas tersapu awan panas di pantai Punge, Desa Rokirole. Tinggi abu letusan flktuatif antara 1.500 -2.000 meter dari puncak. Dilaporkan, letusan susulan lebih besar daripadaletusan pertama (1).

Hingga pukul 09.30 wita guguran awan panas mengarah ke utara. Arah luncuran tidak serpti lazimnya ke arah selatan. Awan panas berhembus dari Wojed Wubi hingga pantai di desa Rokirole dimana keenam korban tengah berada di pantainya dan desa Nitunglea di sebelahnya. Akibatnya warga di dua desa terdampak paling parah dievakuasi.

Gunung yang juga sering disebut Gunung Paluweh karena berada di pulau tersebut sebelumnya pada Oktober, Juli dan Februari 2013 juga mengalami erupsi. Berkat penetapan siaga oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) maka sejak lestusan Oktobe 2012 dan seterusnya warga sudah tidak beraktivitas di radius 3 kilometer dari puncak. Pulau Paluweh dihuni sekira 10.000 jiwa. Kondisi pulau tersebut memang sudah berbahaya dan tidak ideal ditinggali. Selain oleh zona bahaya juga air sulit didapat karena laisan tanah terlalu tipis.

Akibat letusan sejak Oktober 2012, sebanyak 782 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari 1.754 jiwa diungsikan ke kabupaten Ende sebanyak 407 KK dan ke Sikka sebanyak 375 KK. BNPB telah membantu dana siap pakai Rp14,7 miliar kepada Pemda Enda dan Sikka untuk membangun relokasi di rumah baru alias hunian tetap (2).

Akibat letusan 10 Agustus 2013, diberitakan pula sebanyak 175 pelajar di Paluwah mengungsi ke Maumure. Sebanyak 268 warga bersedia diungsikan dari zona merah ke wilayah lebih aman (3). Total 3.000 warga dievakuasi dari lima desa yang berada di kawasan zona merah yakni Desa Rokirole, Lidi, Nitunglea, Ladolaka dan Tuanggeo. Mereka diungsikan ke dua lokasi yakni Maurole dan Maumere ibukota Kabupaten Sikka (4).

Rokatenda atau Paluweh memiliki riwayat letusan amat panjang. Selain letusan hebat 200 tahunan lampau, pada 4 Agustus hingga 25 September 1928 Rokatenda mecatat fenomena letusan dahsyat yang berlangsung selama beberapa hari. PVMBG) mencatat kekuatan erupsi hingga VEI 3. Melalui indikator volcanic explosivity index (VEI) tersebut kekuatan erupsi hingga mampu membentuk perubahan lava dome dan bekas letusannya membentuk empat buah kawah.

Letusan berseri itu mengakibatkan 266 orang tewas. Banyak pihak menyebutnya sebagai katastrofe atau malapetaka besar. Tidak hanya letusan yang memicu gempa vulkanik namun juga semburan material vulkanik serta tsunami setinggi 4,6 meter yang menenggelamkan warga yang tengah berada di pesisir dan laut.

New York Times edisi 10 Agustus 1928 memberitakan, diperkirakan ribuan orang meninggal dan 500 warga mengalami luka. Artikel berjudul ‘Volcano Kills 1.000 in Dutch East Indies; Wipes Out Six Villages on Paloeweh Island’ juga menyebutkan, enam desa di sisi selatan Pulau Paluweh hancur oleh material vulkanik.

Erupsi Gunung Rokatenda yang pernah terekam berlangsung pada tahun 1928, 1972, 1973, 1985, 2012 dan 2013. Dilihat dari sisi periode letusan, periode 1972 dan 1973 atau periode letusan terpendek, berupa letusan abu. Periode letusan terpanjang selama 35 tahun terjadi antara 1928 dan 1963.

Letusan 10 Agustus 2013 210810 - Letusan Rokatenda 2013 BNPB.jpg

Sumber

(1) Kompas TV, 12 Agustus 2013, pk 21.30 wib https://regional.kompas.com/read/2013/08/10/1806359/Gunung.Rokatenda.Meletus.3.000.Warga.Dievakuasi (2) https://www.voaindonesia.com/a/gunung-rokatenda-flores-meletus-6-tewas-tersapu-awan-panas/1727218.html (3) TV One runing text Minggu, 10 Agustus 13, pk 10.00 wib (4)https://regional.kompas.com/read/2013/08/10/1806359/Gunung.Rokatenda.Meletus.3.000.Warga.Dievakuasi (5) https://bnpb.go.id/berita/-edukasi-kebencanaan-katastrofe-letusan-eksplosif-gunung-rokatenda-93-tahun-lalu