Barrataga

From Bencanapedia.ID
Revision as of 00:52, 14 November 2021 by Ben (talk | contribs)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to: navigation, search

Jika Anda merasa konten halaman ini masih belum sempurna, Anda dapat berkontribusi untuk menyempurnakan dengan memperbaiki (Edit) atau memperdalam konten naskah ini. Setelah Anda anggap sempurna, silakan hapus koda template {{sempurnakan}} ini. Atau, Anda dapat mengirimkan perbaikan konten naskah ke bencanapedia@gmail.com..

Terimakasih..

Barrataga atau Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa adalah rumah yang didesain tahan gempa untuk mengantisipasi/mengurangi risiko kerusakan saat bencana gempa bumi dengan skala besar terjadi.

Perancangnya adalah pakar kegempaan dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Prof. Ir. Sarwidi Partowirono. Aspek terpenting dari pembangunan barrataga adalah penguatan besi tulangan bangunan yang saling mengait. Tulangan besi tersebut bisa diganti dengan bamboo petung yang dibelah dan setiap sudut sambungan diperkuat dengan tulangan baja serta diikat dengan kawat bendrat.

Prinsip-prinsip utama pembangunan barrataga

  1. 1. Denah yang sederhana dan simetris

Denah bangunan harus sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horizontal harus simetris. Struktur semacam ini dapat menahan gaya gempa lebih baik karena kekuatannya lebih merata.

  1. 2. Bahan bangunan yang ringan

Bahan bangunan yang ringan lebih diutamakan daripada bahan bangunan yang berat. Ini karena besar beban gempa sebanding dengan beban berat bahan bangunan.

  1. 3. Sistem konstruksi penahan beban yang memadai

Sistem konstruksi penahan beban yang memadai berfungsi untuk menyalurkan gaya gempa dari tiap elemen struktur ke struktur utama bangunan, yang kemudian memindahkan gaya gempa tersebut ke pondasi dan ke tanah. Struktur penahan tersebut diusahakan bersifat kenyal/elastis, untuk menghindari keruntuhan tiba-tiba.


Struktur Barrataga

Dalam membangun barrataga, ada empat struktur yang harus diperhatikan yaitu: 1. Fondasi Sebagai struktur paling bawah yang menahan struktur di atasnya, pembangunan fondasi sebaiknya memerhatikan hal-hal berikut: - Ditempatkan pada tanah yang mantap. - Terhubung dengan sabuk fondasi (sloff). - Diberi lapisan pasir yang berfungsi meredam getaran. - Sloff harus terkait kuat pada fondasi. - Tidak diletakkan terlalu dekat dengan dinding.

2. Kolom

Sebagai bagian yang berfungsi membantu dinding untuk menahan beban di atasnya, pembangunan kolom sebaiknya memerhatikan hal-hal berikut:

- Bagunan harus menggunakan kolom sebagai elemen pemikul beban. - Kolom harus terkait pada sloff. - Di bagian ujung atas kolom, beton harus diikat dan disatukan dengan balok keliling. - Rangka bangunan (sloff, balok, dan kolom) harus terhubung kuat dan kokoh. - Kolom harus dilengkapi dengan balok pengaku untuk menahan gaya lateral gempa.

3. Balok

Pada bangunan rumah sederhana, baloknya terdiri atas ring balk dan balok latei yang berfungsi sebagai penguat horisontal dan umumnya terletak di atas kusen.

4. Atap Dalam pembangunan atap, yang perlu diperhatikan antara lain: - Bobot atap ringan - Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap dan harus terkait dengan dukungannya. - Pada arah memanjang, atap harus diperkuat dengan ikatan angin antara rangka kuda-kuda.

5. Dinding

Dinding yang baik untuk barrataga adalah dinding tembokan yang memiliki kegunaan antara lain: - Dapat menerima beban permukaan pada arah tegak lurus dinding dan beban geser pada arah sejajar dinding saat gempa terjadi. - Dinding dapat menahan beban karena adanya kaitan pada sisi dinding dan adanya penguatan di dinding. Untuk itu, dinding harus dikait pada kolom dan diberi kolom praktis dengan luas lebih dari 12 m2.

BOX

Sinergi Pemkab Bantul dan Kementerian Riset dan Teknologi Dalam Sosialisasi Rumah Tahan Gempa. Gempa yang berpotensi merusak dan menghancurkan keseluruhan bangunan tempat tinggal merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Langkah penyelamatan manusia dari bencana tersebut merupakan unsur penting dalam rangkaian mitigasi bencana. Oleh karena itu, keberadaan bangunan tempat tinggal yang tahan gempa merupakan salah satu keniscayaan dalam upaya mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh gempa itu sendiri.

Bangunan rumah sederhana tahan gempa merupakan tempat tinggal yang struktur bangunannya telah diperhitungkan dan dirumuskan mempunyai kekuatan dalam menghadapi guncangan gempa, sehingga dapat meminimalisir kerusakan yang dapat membahayakan. Struktur ini merupakan struktur yang khusus untuk meredam daya guncangan gempa yang ada. Struktur ini sendiri telah banyak diteliti oleh para peneliti baik dari lembaga litbang maupun akademisi perguruan tinggi.

Dalam rangka mensosialisasikan pentingnya bangunan tersebut, Pemkab Bantul. DIY bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi mengadakan Sosilisasi Rumah Tahan Gempa untuk para mandor dan tukang pada 5 Oktober 2010 di Gedung Serbaguna Gapensi Bantul dengan menggunanakan metode Bangunan Tahan Gempa dari Fakultas Teknik UII.

Sosialisasi yang dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Gendut Sudharto diikuti oleh 300 peserta yang terdiri dari berbagai perwakilan diantaranya Teknis Lapangan (mandor), Perwakilan Tukang, dan Perangkat Desa.

Kementerian Riset dan Teknologi, yang diwakili oleh Asisten Deputi Kebutuhan Iptek Pemerintah, Pariatmono, dalam paparannya tentang Prinsip Rumah Tahan Gempa berdasarkan SNI mengatakan bahwa ”Pemahaman soal bangunan tahan gempa sangat penting untuk mengurangi risiko korban jiwa saat gempa muncul. Kebanyakan rumah yang hancur saat gempa karena konstruksinya kurang kuat.

Upaya Sosialisasi menurutnya, adalah usaha menanamkan pehamaman yang tidak mungkin dilakukan hanya sekali. Sosialisasi adalah usaha terus menerus yang dilakukan dan tidak pernah mengenal kata berhenti. Karena itu, selain dilakukan dengan cara seperti pertemuan tersebut di Kabupaten Bantul yang rawan gempa, dirasakan perlu untuk memasukkan bahan sosialisasi ini ke dalam kurikulum sekolah, imbuh Pariatmono

Sementara itu, pada sesi berikutnya Faktultas Teknik UII memaparkan Pengetahuan Tentang Kerusakan Akibat Gempa dan Pengetahuan tentang Prinsip – Prinsip Bangunan Rumah Tahan Gempa (BARRATAGA) yang disampaikan oleh Ahli Kegempaan UII, Prof Sarwidi. Acara sosialisasi dilanjutkan dengan Simulasi Bangunan Tahan Gempa dengan menggunakan alat SIMUTAGA dari Fakultas Teknik UII, Yogyakarta.

Secara umum kegiatan ini dimaksudkan untuk merumuskan kembali teknologi bangunan tahan gempa yang selama ini telah dikembangkan, kemudian memperkuat aspek pendayagunaan melalui pengkajian varian model bengunan sesuai peruntukan dan skala biaya yang diperlukan sehingga dapat menambah pilihan bagi masyarakat dalam berkeinginan untuk menerapkan teknologi di masyarakat.

Sumber

  1. http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/6972/print
  2. http://museumgempasarwidi.org/mengenal-konsep-rumah-barrataga-di-museum-gempa-yogyakarta/
  3. https://www.linkedin.com/in/prof-sarwidi-bin-partowirono-ph-d-3406a155/?originalSubdomain=id