Difference between revisions of "Wabah Hitam 1338-1351"

From Bencanapedia.ID
Jump to: navigation, search
Line 4: Line 4:
 
<div style="padding:0.3em; line-height:1.5em;font-size:90%;">
 
<div style="padding:0.3em; line-height:1.5em;font-size:90%;">
 
'''Abad 1338-1351'''<br />
 
'''Abad 1338-1351'''<br />
Lebih dari 25 juta warga Eropa meninggal. Sebanyak 75 juta penduduk Eropa dan 200 juta penduduk dunia terdampak wabah. Bencana Alam dengan dampak terbesar di dunia. <br />
+
Lebih dari 25 juta warga Eropa meninggal. Sebanyak 75 juta penduduk Eropa dan 200 juta penduduk dunia terdampak wabah.  
 +
Bencana Alam dengan dampak terbesar di dunia. <br />
  
 
'''Wabah Hitam'''<br />
 
'''Wabah Hitam'''<br />

Revision as of 22:16, 19 June 2025

Lembar Fakta

Abad 1338-1351
Lebih dari 25 juta warga Eropa meninggal. Sebanyak 75 juta penduduk Eropa dan 200 juta penduduk dunia terdampak wabah. Bencana Alam dengan dampak terbesar di dunia.

Wabah Hitam
Menyebar dari Asia, menuju Afrika Utara dan Eropa.


Peristiwa (Pra Bencana)

Sebab musabab bencana Wabah Hitam alias Wabah Pes sulit dipastikan. Namun mulanya diperkirakan muncul di negeri China pada awal 1330-an, dan merebak ke kawasan Asia, Afrika Utara, kemudian menyerang Eropa pada 1348. Bakterinya dikenal dengan nama Latin sebagai Yesinia Pestis sehingga populer disebut wabah pes. Awalnya dipahami, bakteri dibawa oleh kutu atau pinjal yang biasa bersarang pada binatang pengerat seperti tikus atau marmut.

Terdapat dua sumber pembawa (vektor), pertama, tikus sebagai vektor utama, turut terangkut di dalam kapal dan membawa kutu. Kedua, orang terjangkit atau pembawa kutu. Umumnya serdadu dan pedagang sebagai penumpang kapal. Tidak heran, bila beberapa studi lebih lanjut menengarai kontak antar manusia juga diperkirakan menjadi picu penularan wabah tersebut.

Karena padad sebagian besar korban meninggal ditemui tumbuhnya jaringan hitam akibat gangren, wabah pes tersebut seringkali disebut sebagai Wabah Hitam atau Pes Hitam.

Penyebab

Penyakit pes mewujud dalam tiga varian, kesemuanya memiliki tingkat kematian akut. Pertama, pes kelenjar atau disebut bubonic disease usai ditemukan adanya pembengkakan kelenjar getah bening (bubo) pada penderita. Kelenjar getah bening di ketiak, selangkangan, dan leher dapat membesar seperti telur dan mengeluarkan nanah. Sebanyak 30-75 persen tingkat kematian wabah pes disebabkan oleh pinjal atau kutu tikus; kedua, pes pernafasan atau pneumonia menjalar lewat udara, menular dalam bentuk mirip penyakit influenza, memiliki tingkat kematian 90-95 persen, dan; ketiga, pes septikemia adalah keracunan darah akut atau sering disebut bakteremia dimana tingkat kematiannya mencapai 99-100 persen.

Beberapa studi terkini menujukkan, Wabah Hitam di abad pertengahan bukan hanya ditularkan oleh kutu atau pinjal tikus, namun lebih oleh hubungan kontak orang ke orang.

Dampak (Bencana)

Satu sumber menyebut, pada 1338-1351 jumlah kematian akibat wabah pes di Eropa tercatat 1/3 (33 persen) penduduk Eropa. Sekira 75 juta jiwa di Eropa terdampak di ranah sosial, ekonomi khususnya perindustrian awal, dan kehidupan keagamaan saat itu. Temuan medis terhadap penyebab wabah belum ditemukan sehingga tuduhan-tuduhan takhayul merebak. Warga Yahudi, biarawan dan kelompok minoritas menjadi korban pembunuhan masal (genosida). Total kematian akibat wabah pes di Eropa lebih dari 25 juta orang selama abad ke 14 tersebut. Akhirnya diperkirakan total sekitar 2/3 populasi di Eropa meninggal akibat bencana yang belum ditemukan obat dan cara pengobatannya di abad pertengahan tersebut.


Setengah populasi penduduk Paris meninggal. Kota Florence, Italia kehilangan populasi dari 110 ribu orang pada 1338, menjadi hanya sekitar 50 ribu orang pada 1351. Sekira 60 persen penduduk Hamburg dan Bremen meninggal. Jerman sebelum tahun 1350, terdapat sekira 170.000 penduduk dan angka ini berkurang hampir 40.000 pada 1450.

Pasca Bencana

Bencana Wabah Hitam pada abad pertengahan bisa dibilang sebagai bencana alam terbesar dengan dampak terbesar di dunia. Terdapat sumber yang menyatakan, total jumlah penduduk terdampak oleh Wabah Hitam di abad ke 14 tersebut diperkirakan mencapai 200 juta jiwa di seluruh dunia.

Pembelajaran

Di Eropa akibat pemakaman sudah tidak muat lagi untuk mengubur jenasah, dibuat parit-parit besar di luar benteng kota berisi ratusan jenasah. Kota Milan memberlakukan karantina rumah bagi keluarga yang terjangkit sehingga kendali penyakit dapat lebih diperhitungkan di Italia. Namun wabah pes di Eropa tetap cepat merebak, diperparah oleh kepadatan hunian dan jeleknya saluran sanitasi kota memerburuk tingginya populasi tikus. Populasi sebuah kota dapat berkurang separonya akibat penularan dalam hitungan hari bahkan semalam. Kota-kota berubah menjadi komplek-komplek pekuburan masal.

Pada 1348 wabah ini menyebar dengan sangat cepat sebelum para dokter atau pemerintah dapat mengetahui asal wabah tersebut. Pada kota yang padat, sangat umum kehilangan separo penduduk akibat wabah. Orang Eropa yang tinggal di daerah terpencil tidak mengalami kerugian separah di kota. Salah satu pihak dengan tingkat kematian tertinggi adalah rahib dan biarawan, karena biasanya mereka yang merawat para korban Wabah Hitam.

Catatan

Belum terdapat catatan laporan tentang dampak wabah pes abad pertengahan tersebut di Asia dan Afrika Utara. Padahal dugaan awal sumber penyakit berasal dari daratan Asia dalam hal ini daratan China dan kawasan stepa Mongolia. Hanya di Mesir sebagai pelabuhan dan negara perdagangan sibuk kala itu tercatat, jumlah populasi penduduknya berkurang sekitar 40 persen oleh wabah tersebut.

Wabah besar tersebut berulang di Asia pada abad ke 19. Di Indonesia wabah pes merebak kembali pada sekira 1942-1945 di masa Penjajahan Jepang. Tingkat kematian dan penularan begitu cepat, hingga jamak ditemui anggota keluarga atau pasangan suami-isteri meninggal hanya selisih hari. Bahkan meninggal dalam selisih beberapa jam saja akibat mudahnya penularan virus pes yang dibawa kutu tikus di abad ke19. Di Pulau Jawa, salah dua sumber sarang kutu tikus yang kemudian lazim dumusnahkan dengan cara dibakar adalah tempat tidur tikar dan pakaian berbahan karung goni. Keduanya lazim digunakan pada masa pendudukan Jepang. Lipatan-lipatan pada tilam berbahan pandan dan serat goni memudahkan kutu bersarang dan berkembang.

Sumber

  1. McNab, Chris. 2005. The World's Worst, Historical Disasters: Chronicling the Greatest Catastrophes of All the Time. Rochester: Amber Book
  2. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21590-bubonic-plague
  3. Marseno, J. 2025. Kisah Putra-Putri Keluarga Bapak-Ibu Prawirataroena seperti dikutip dari catatan Kisah Misi Perdana Indonesia. Muntilan
  4. https://id.wikipedia.org/wiki/Wabah_Hitam
  5. http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/1925513.stm