Hyogo Framework

From Bencanapedia.ID
Revision as of 12:30, 16 October 2021 by Ben (talk | contribs)
Jump to: navigation, search

Jika Anda merasa konten halaman ini masih belum sempurna, Anda dapat berkontribusi untuk menyempurnakan dengan memperbaiki (Edit) atau memperdalam konten naskah ini. Setelah Anda anggap sempurna, silakan hapus koda template {{sempurnakan}} ini. Atau, Anda dapat mengirimkan perbaikan konten naskah ke bencanapedia@gmail.com..

Terimakasih..

Hyogo Framework for Action 2005-2015

Hyogo Framework for Action merupakan kerangka kerja yang diberlakukan pada 2005-2015 sebagai panduan global yang digunakan oleh berbagai negara-negara di dunia, dalam upaya pengurangan risiko bencana. Hyogo Framework for Action sering kali dianggap sebagai reaksi cepat dari peristiwa Tsunami Samudera Hindia, meskipun sebenarnya telah dipersiapkan oleh komunitas internasional sebagai kerangka kerja lanjutan dari Yokohama Strategy and Plan of Action for a Safer World yang memang habis masa berlaku pada 2004. Namun demikian, bencana Tsunami yang terjadi pada Desember 2004 tentun memberikan dampak tersendiri bagi komunitas internasional. Setidaknya untuk lebih memperhatikan upaya pengurangan risiko bencana, mengingat bencana bukan soal fenomena alam yang terjadi secara natural, tapi soal bagaimana kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi dampak yang mungkin ditimbulkan.

Sementara itu, Yokohama Strategy, yang sebelumnya telah menyebutkan pentingnya upaya aksi pencegahan, kewaspadaan, dan mitigasi, menjadi materi dasar perancangan Hyogo Framework for Action. Meskipun demikian, Hyogo Framework for Action melengkapinya dengan fokus utama pada upaya pengurangan risiko bencana yang lebih menekankan pada pendekatan terhadap seluruh aspek masyarakat dalam memberikan informasi, motivasi, dan tentunya melibatkan mereka dalam upaya tersebut. Sehingga pada pelaksanaannya kerangka kerja ini –Hyogo Framework for Action, memastikan adanya aksi yang sistematis dalam menanggulangi risiko bencana dan mengkaitkannya dengan pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development). Selain itu, sesuai dengan tujuan dasarnya yakni untuk menciptakan ketahanan melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas nasional dan lokal (masyarakat) untuk menanggulangi dan mengurangi risiko bencana.

Hyogo Framework for Action itu sendiri secara resmi mulai diberlakukan tepat pada Konferensi Dunia yang dihadiri oleh 168 negara dan diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2015 di Kobe, Hyogo – Japan. Harapan untuk meningkatkan profil negara dalam pengurangan risiko bencana, mempromosikan keterkaitan pengurangan risiko bencana dengan rencana sekaligus penyelenggaraan pembangunan, dan memperkuat kapasitas di skala nasional dan lokal untuk mengatasi potensi risiko bencana, ditekankan dalam penyelenggaraan konferensi dunia ini. Selain menekankan pada membangun ketahanan terhadap bencana, konferensi ini juga memberikan kesempatan untuk mempromosikan pendekan yang strategis dan sistematis dalam mengurangi kerentanan dan risiko terhadap ancaman (bencana) bagi berbagai pihak terkait, khususnya negara-negara yang menjadi partisipan.

Dalam Hyogo Framework for Action terdapat 5 (lima) aksi prioritas yang diklasifikasikan. Aksi prioritas menekankan langkah aksi yang merupakan panduan bagi negara-negara dalam merancang dan melaksanakan program dan rencana taktis dalam penanggulangan bencana alam, khususnya pengurangan risiko bencana. Untuk itu, negara-negara perlu untuk mengadopsi, mengadaptasi, dan mengimplementasi aksi prioritas tersebut sesuai dengan kondisi dan kapasitas yang dimiliki masing-masing negara. Berikut ini 5 (lima) aksi prioritas dalam Hyogo Framework for Action yang diberlakukan selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

  1. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat dalam pelaksanaannya
  2. Mengidentifikasi, menilai dan mengawasi risiko bencana dan meningkatkan sistem peringatan dini
  3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat
  4. Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasari
  5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat

Aksi prioritas tersebut diadopsi berdasarkan pada pelajaran yang dipetik dari pemberlakuan Yokohama Strategy, kemudian dikembangkan untuk memfokuskan penanganan melalui kerangka kerja organisasi, hukum, dan kebijakan yang diberlakukan di semua skala –dunia, kawasan, nasional, dan lokal (masyarakat) dengan aksi kerja nyata terkait dengan beberapa aspek yang telah disebutkan dalam aksi prioritas tersebut. Namun demikian, beberapa hal yang perlu digarisbawahi adalah upaya pengurangan risiko bencana perlu dikaitkan dengan pembangunan dan dikelola oleh lembaga yang sah di pemerintahan setiap negara. Untuk itu, negara-negara, khususnya yang rentan terhadap risiko bencana perlu memiliki lembaga atau badan khusus untuk penanggulangan bencana, yangmana memasukkan pengurangan risiko bencana sebagai komponen di dalamnya.

Reference

  • General Assembly resolution 58/214 of 23 December 2003.
  • “Global Platform for Disaster Risk Reduction Bulletin: A Summary Report of the first session of the Global Platform for Disaster Risk Reduction (Global Platform)”, Journal of IISD Volume 141, No. 1 (2007),
  • “Words Into Action: A Guide for Implementing the Hyogo Framework,” UNISDR
  • ”Hyogo Framework for Action 2005-2015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters, Extract from the final report of the World Conference on Disaster Reduction,” UNISDR.

Kontributor tulisan

  • Dwi Prameswari